Mengunjungi KPP Pangestu Kemirikebo yang Sukses Budidaya Kambing Etawa

Sleman (MAN 4 Sleman) – Minum susu kambing etawa, masih segar, dan belum diolah merupakan pengalaman menarik saat kami bertiga mengunjungi sentra ternak kambing etawa di Kemirikebo Girikerto Turi Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Sentra ternak kambing etawa cukup berhasil yakni Kelompok Petani Peternak (KPP) Pangestu. Berdiri tahun 1990, saat itu diresmikan Bupati Arifin Ilyas. Sampai saat ini KPP Pangestu sudah generasi ke-6 kepengurusan, ujar Rohmat yang dipercaya sebagai ketua. “Di sekitar rumah memang tidak ditemukan hewan ternak, menurut Peraturan dusun (perdus), ternak ditempatkan 300 meter dari rumah. Semua warga yang beternak, ternaknya ditempatkan di KPP Pangestu, di atas tanah kelurahan seluas 3 hektar,” ujarnya saat ditemui Selasa (25/11/2024). Setiap peternak bisa memanfaatkan tanah seluas 150 m2 untuk 30 hingga 50 ekor kambing etawa. Biaya sewa sangat terjangkau, yakni Rp 15.000,00 (lima belas ribu) per tahun per peternak.



KPP Pangestu didirikan salah satunya bertujuan untuk belajar beternak bersama. Setiap peternak awalnya diberi 1 kapling, jika sudah penuh ternak, diberi dua kapling, jika 3 kapling sudah penuh dan ingin berkembang, maka diarahkan untuk menjadi peternak mandiri, papar Rohmat.
Terkait dengan bibit Rahmat menegaskan saat ini sudah dapat dipenuhi antar anggota KPP, meski awalnya impor. “Dengan transaksi antar peternak untuk pengadaan bibit, masing-masing mengetahui kualitas bibit, standar harga dan standar mutu. Para peternak juga tidak dipermainkan harga oleh blantik (pedagang hewan),” jelas Rahmat, sehingga sering terjadi, hewan ternak hanya pindah kandang atau ganti pemilik.
KPP Pangestu bekerja bersama dalam satu komando dengan semangat gotong royong, kesadaran, tanggung jawab, dan komitmen. Secara ekonomi, KPP Pangestu telah menguntungkan warga, yakni menyerap tenaga kerja yang tersebar di 13 tempat pengolahan susu. Para ibu rumah tangga di Kemirikebo, tidak ada yang menganggur, karena bekerja mengolah susu kambing etawa.
KPP Pangestu bersifat terbuka, siap membimbing peternak dari berbagai daerah atau siapapun yang ingin beternak. Salah satu binaannya di Wonosari dinilai cukup berhasil, karena sudah memiliki 50 populasi dengan hasil sekitar 20 liter susu per hari, jumlah hewan ternaknya lebih banyak dari KPP yang ia pimpin. Rahmat sendiri mengembangkan pengolahan susu di Tempel, dengan alasan tenaga kerja.
KPP yang memiliki slogan ngestoake anjuran ngingu ternak unggul, (melaksanakan anjuran memelihara hewan ternak unggul), telah melakukan bimbingan dan pendampingan beternak kambing etawa, mulai dari pemilihan bibit unggul, pembesaran, pemeliharaan, pengolahan, dan pemasaran susu, hingga apkir, strategi mengganti hewan ternak yang kurang menguntungkan. “Seekor kambing yang baik dan bagus produksi susu hingga 6 kali laktasi. Sesudah itu kambing yang akan di-apkir, kita gemukkan dulu, laku setengah harga sudah untung karena sudah menghasilkan banyak susu,” lanjut Rohmat.
Peternak kambing etawa di Kemirikebo mendapat hasil harian, bulanan dan tahunan. Hasil harian yakni perasan susu setiap hari. Hasil bulanan dari kotoran kambing, sedangkan hasil tahunan berupa bibit kambing atau kambing yang di-apkir.
Kini sekitar 10% pemuda di desanya setelah lulus SMA/SMK berminat beternak, Saat ternaknya masih sedikit, mereka nyambi kerja di pabrik pengolahan susu. “Ketika ternaknya semakin banyak, di atas 20 mereka keluar dari pabrik, dan mulai fokus pada ternak,” terang Rohmat. Untuk penjualan hasil panen susu, KPP Pangestu siap membantu, mempertemukan dengan pemilik pengelola, dibuatkan MoU pembelian susu sehingga peternak tidak khawatir dengan hasil panen nantinya.
“Petani (peternak-red) kita bebaskan menjual hasil ke mana saja, mau nginduk yang kita arahkan, mangga. Mau dijual kecil-kecil lewat shopee mangga. Kita bebaskan. Atau minta di-nego-kan dengan pabrik, kita bantu,” terang Rahmat. Setiap anak muda yang berminat memiliki bermacam kemampuan, misal ada yang pinter market (pemasaran), Kalau ia bisa mencari pasar sendiri, malah bagus, bisa bantu pemasaran peternak lainnya. Ada pula yang mengembangkan pengolahan kotoran untuk pupuk organic, pengolahan susu, semua meningkatkan untung, paparnya.
Kunci kelanggengan KPP, Semua anggota dan mitra memiliki komitmen kuat, sehingga tidak mudah dipermainkan harga, tambahnya. Komitmen dan kerja sama antar anggota terbangun dengan sangat baik.
Salah satu peternak muda Wandoko (32 th) memiliki 40 ekor kambing. Awalnya hasil susu dijual langsung. Untuk meningkatkan harga ia belajar mengolah dan menjual dalam bentuk olahan sehingga harga lebih tinggi dibanding hasil susu murni. Wandoko yang awalnya hanya memiliki seekor kambing banyak belajar beternak, hingga kini ia memiliki 40 ekor kambing. Setiap hari kambing yang ia pelihara bisa menghasilkan 15 liter susu, yang dijual langsung ke pengepul dihargai Rp 17.500,00 per liter susu murni (belum diolah). Kalau susu diolah kemudian dijual, harganya akan lebih tinggi dan lebih menguntungkan. Susu yang sudah diolah menjadi bubuk murni tanpa campuran gula dihargai Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah). Susu bubuk yang sudah dicampur dengan gula pasir, aren, coklat, atau vanila, harganya menjadi Rp 100.000,00 hingga Rp 120.000,00 per kilogram, jelas Rohmat.
Protein susu kambing lebih tinggi dari susu sapi, sementara lemak jenuh dan laktosa susu kambing lebih rendah. Susu kambing juga mengandung Prebiotik yang mendukung perkembangan bakteri baik, asam lemak esensial, kalsium dan kaliumnya lebih tinggi dari susu sapi serta mudah dicerna.
Demikian juga kotoran kambing, ada awalnya ia jual langsung, namun seiring berjalannya waktu, dikemas dalam ukuran tertentu untuk pupuk organik. “Intinya, hasil susu atau kotoran diolah guna meningkatkan harga jual,” pungkas Rohmat.
(Tim Kunjungan : Triono, Edy Suparyanto, Dzulhaq Nurhadi – MAN 4 Sleman)
