
Sleman – Iklim tropis Indonesia dipengaruhi El nIno/La Nina, menyebabkan cuaca tak menentu dan hujan mendadak, yang menyulitkan penjemuran pakaian konvensional. Sementara pengeringan pakaian alami dipengaruhi suhu, kelembaban, angin, dan permukaan. Alternatif pengeringan dengan Listrik mengonsumsi daya tinggi, dan kurang efisien. “Oleh karena itu diperlukan alat pengering atau penjemur pakaian dengan sumber daya alternatif untuk sistim mandiri, sementara air hujan dapat dimanfaatkan untuk irigasi,” ujar Abdullah Roihan Habibi Ketua Tim Riset MAN 4 Sleman di depan tim yuri Kompetisi Riset Madrasah (Komprestama), Selasa (14/10/2025) di MAN 2 Kulon Progo.
Roihan Bersama timnya melakukan perancangan system jemuran otomatis cerdas (Jurista) berbasis Arduino Uno dan IoT (Blynk) untuk mengatasi masalah penjemuran dan irigasi secara efisien dan ramah lingkungan. “Keunggulan Jurista, secara otomatis melindungi pakaian dari hujan dan mengoptimalkan pengeringan, menggunakan panel surya dan turbin airuntuk menghasilkan Listrik,” ujar Roihan didampingiBilqis Adelia Saputra dan Bilqis Shofiana dengan supervisor Astuti Naviah Apriliani.
“Jurista juga dapat menyiram tanaman otomatis dengan air hujan yang dikumpulkan, semetara pengguna dapat memantau dan dapat mengendalikan dari jarak jauh,” imbuhnya, sembari memperlihatkan peralatan seperti rumah-rumahan dengan panel surya, dilengkapi dengan pengumpul air hujan (semacam talang) yang mengalirkan air yang jatuh pada turbin penggerak untuk menciptakan sumberdaya Listrik. Roihan Habibii didampingi dua temannya dengan penuh semangat dapat mempresentasikan hasil inovasi dan penelitiannya. Adapun judul pesentasi yang ia paparkan adalah Jurista : Smart Clotheslines and Irrigation System with eco-power and Blynk Monitoring (Jemuran Cerdas dan Sistem Irigasi dengan tenaga lingkungan dan pemantauan Blynk).
Ketiga dewan yuri, dosen UNY, UIN Jogja dan UT sepakat menobatkan tim Roihan sebagai juara 1 atau medali emas dan katagori penyajian terbaik (best presentation), untuk kategori transformasi digital. Roihan Habibimenegaskan gagasan terrsebut sudah muncul sejak di awal kelas XI dan ia tekuni saat mengikuti kegiatan di kelas riset, dan diikutkan lomba tahun ini. (eds)



