
Sleman (MAN 4 Sleman) – Memiliki kecerdasan otak bukan jaminan sukses bagi seseorang, namun sangat penting memiliki kecerdasan hati. Kecerdasan hati kemudian akan menumbuhkan karakter yang baik. “Dengan karakter yang baik itulah orang akan menuai sukses, sehingga madrasah dan UII yang konsen terhadap akhlaq adalah hal yang baik. Kita berusaha maksimal untuk menanamkan akhlaqul karimah, jangan sampai ada tawuran di kalangan para siswa misalnya,” papar Mohamad Yusuf,S.Ag kepala MAN 4 Sleman saata membuka Forum Grup Discussion (FGD) Selasa (4/1/2021), didampingi Triono,S.Pd., Dra Indriani Widiastuti, Edy Suparyanto dan para guru PAI dan keagamaan. Tak dapat dipungkiri di kalangan siswa terdapat banyak kelompok yang harus diberdayakan. FGD mengangkat tema model internalisasi pendidikan akhlaq siswa Madrasah Aliyah di MAN 4 Sleman.
Madrasah, lanjut Yusuf adalah rumah kedua nyaman bagi guru pegawai dan siswa, kehadiran guru sangat diharapkan dan dirindukan. Penting dipahami jangan sampai orang tua menutupi apapun yang dilakukan anak di rumah. mempercayakan madrasah dengan tetap bersikap jujur sehingga madrasah bisa memberikan masukan untuk memperbaiki akhlaq peserta didik, tegasnya.
“Salah satu tolak ukur dalam proses pembelajaran, aspek aplikasinya dalam pembentukan perilaku tidak cukup hanya melalui pembelajaran kognitif,” papar Andi Muchtar,M.Pd.I selaku nara sumber. Pendidikan akhlaq harus diterapkan di sekolah dan madrasah. Ada beberapa metode yang perlu digunakan: (1) metode teladan karena keteladanan merupakan kunci Pendidikan akhlak anak. Dengan keteladanan seorang anak mendapat kesempurnaan. Metode teladan yang diterapkan di MAN 4 Sleman : sifat hormat, disiplin, kejujuran, adil dan murah hati. (2) metode pembiasaan, merupakan keadaan di mana seseorang mengaplikasikan perilaku yang belum atau jarang menjadi sering dilakukan sehingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan dalam beribadah dengan: pembiasaan dhuha, dhuhur, asmaul husna dan doa pulang. (3) metode nasehat, jangan hanya menuntut tetapi memberi tuntunan (4) metode motivasi, memberikan semangat, membuat anak menjadi senang. Kesimpulan model Pendidikan akhlaq di MAN 4 Sleman adalah keteladanan, pembiasaan, nasehat dan motivasi, tegas Andi Muchtar.
Materi kedua mengusung topik Model Internalisasi Pendidikan Akhlaq di MAN 4 Sleman oleh Dra. Sri Haningsih,M.Ag Dosen Universitas Islam Indonesia (UII). Pendidkan agama Islam dan akhlaq merupakan transformasi nilai, transaksi nilai, poin penting adalah disiplin. Guru harus menyadari bahwa peserta didik saat ini adalah generasi Z yang memiliki keunikan sifat yakni melek teknologi, penuh ambisi dengan impian luar biasa, suka hal yang instant, rasa ingin bebas, butuh pengakuan memiliki PD tinggi, dan mandiri. Catatan lain, Learning loss, merupakan pekerjaan rumah (PR) besar bagi guru, sekolah serta orang tua, jadi bukan hanya tanggung jawab lembaga pendidik semata. Kegiatan FGD dihadiri Dra Sri Haningsih,M.Ag., Burhan Nudin,S.Pd.I.,M.Pd.I dan Muhamad Najib Asyrof,S.Pd.,Lc.,MA. Haniningsih menegaskan dalam mendidik kita harus memiliki jam efektif berkomunikasi dengan anak, jam efektif di sekolah, salah satunya dengan memasuki dunianya (diuwongke), pendekatan personal, dan discovery learning. Akhlaq tidak bisa instant tetapi perlu kesamaan langkah orang tua, guru dan siswa. Sekali lagi, orang tua jangan hanya menuntut tetapi juga harus menuntun anak. (eds)