
Pepohonan yang berada di hutan memiliki peran penting, sebagai penyedia dan penyimpan air, penghasil oksigen, penyeimbang lingkungan serta mencegah pemanasan global. Sayangnya banyak terjadi kerusakan hutan di Indonesia. Menurut Studi CIFOR (International Forestry Research), kerusakan hutan disebabkan perladangan berpindah, perambahan, transmigrasi, pertambangan, perkebunan, hutan tanaman, pembalakan illegal logging). dan industri perkayuan. Berkurangnya hutan menyebabkan terjadinya bencana banjir hingga pemanasan global. Lalu apa peran serta dunia pendidikan untuk mengurangi dampak berkurangnya hutan? Salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah mewujudkan hutan mini atau hutan kecil di lingkungan sekolah/madrasah.
Pengertian hutan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon dan biasanya tidak dipelihara orang. Lokasi hutan biasanya berada di pegunungan luas. Memperhatikan pengertian di atas maka tersirat hutan mini berarti hutan kecil dengan pepohonan yang sengaja ditanam dan ditumbuhkan dengan pemeliharaan. Pengadaannya pun memanfaatkan lingkungan sekolah yang tersisa. Mungkin ini relatif kecil dan sempit namun turut menambah populasi pohon. Berbagai pepohonan hutan atau pohon langka seperti timoho dan gemetri dapat ditanam di lahan yang ada di lingkungan sekolah. Sebuah langkah kecil untuk mewujudkan hutan mini.
Penanaman dapat dilakukan secara bersama-sama sedangkan pemeliharaan dengan penjadwalan per kelas sesuai dengan pembagian lahan. Setiap kelas atau kelompok yang ditunjuk diberi tanggung jawab mengelola sebidang lahan untuk ditanami pepohonan hutan atau pohon langka. Hal yang perlu ditekankan adalah tindak lanjut pemeliharaannya. Siswa pun akan mengenal berbagai jenis pohon langka, sifat-sifat serta mengetahui kegunaannya. Langkah ini sebenarnya juga upaya turut serta melestarikan tanaman langka yang bila tidak dilestarikan akan punah. Adanya jadwal pemeliharaan juga mengajarkan kepada siswa tentang tanggung jawab, kerja sama serta peduli lingkungan.
Sekolah/madrasah bisa menjalin kerja sama dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPPBPTH) Yogyakarta. Di lembaga tersebut siswa dapat belajar bagaimana melakukan praktek pembiakan serta pembibitan vegetative dan generative. Sementara untuk memperoleh tanaman yang siap tanam, sekolah/madrasah bisa menjalin kerja sama dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Serayu Opak Progo. Jenis pohon yang bisa diperoleh diantaranya jati, sengon, mahoni, sirsak, jambu, timoho, gametri, bungur, ketapang, sirsak dan masih banyak lagi. Berkat bekerja sama dengan dua lembaga tersebut, madrasah tempat penulis bekerja kemudian melakukan aksi penanaman. Seperti diberitakan KR Sabtu (14/3/2020), aksi dihadiri kepala kantor Kemenag Sleman, Lurah Harjobinangun, Muspika Pakem serta tokoh-tokoh masyarakat sekitar. Seluruh civitas akademik madrasah pun aktif mengikuti gerakan tanam pohon untuk mewujudkan hutan mini di lingkungan madrasah. Aksi diselenggarakan dalam rangka menyongsong serta menyemarakkan Hari Kehutanan se-Dunia.
Drs Edy Suparyanto,MA
Guru MAN 4 Sleman
Pojok Harjobinangun Pakem Sleman DIY